Minggu, 05 Mei 2013

Wujudkan Pradaban Lewat Pendidikan



              Segala piji hanyalah milik Allah yang maha kuasa, dimana Dia telah memberika kepada kita anugrah kenikmatan yang tiada batasnya, berupa limpahan rahmay-Nya. Sholawat serta salam senantiaasa tercurahkan kepada pangkuan nabi kita Muhammad SAW, yang telah menyampaikan kepada kita kabar gembira dan peringatan. Sehingga kita selalu berada dalam jalan yang bernar yaiutu di jalam islam rahmatal lil’alamin.
            Sebuah lembaga atau organisasi tentunya meiliki visi misi yang berbeda beda begitu juga dalam metoden dan budaya organisasi itu dalam menjlani roda proses yang telah mereka sepakati bersama. Kendati demikian dalam negara kita tercinta Indonesia ini, telah banyak terdapat organisasi organisasi yang eksis dan berlomba lomba dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan berusaha dan memerikan sulusi terhadap berbagai problematika masyaraka terlebih masyarak bangsa ini. Dari berbagai oraganisasi yang terdapat di negara ini, jika kita melihat sebagaimana sebuah negara maka dapat dikatan organisasi ini sebuah negara dalam negara. Dikarenakan secara struktural kepemimpinan telah terpenuhi, yaitu wilayah, masyarakat dan aturan atau norma norma yang ada di dalamnya.
            Dimana dalam internal organisasi tersebut terdapat pola pendidikan yang mereka ciptakan sendiri, juga tidak ketinggalan ekonomi dan politik yang mereka miliki yang berdasarkan manhaj yang telah mereka sepakati bersama. Sebuah lembaga pendidkan contohnya, ini adalah sebuah lembaga yang disemua oraganisasi meimilki lembaga pendidikan ini walaupun bagian unit terkecil dalam organisasi tersebut. Karena yang namanya pendidikan ini merupakan sanagat sentral sekali dalam perkembangan oraganisasi, berlanjutnya oraganisasi dan tidak dipungkiri juga termasuk sebuah negara.
            Tanpa adanya lembaga pendidikan maka seudah menjadi dipastikan lembaga itu akan hanjur dan tidak akan dapat eksis dalam rentang waktu lama, begit u juga dengan sebuah negara tanpa ada lembaga pendidikan di dalamnya maka juga dapat dipastikan pula negara itu akan dibodohi dan dijajah oleh negara negara lain. Namun dalam melihat begitu banyaknya lembaga lembaga pendidikan di negara kita indonesia ini, baik itu negeri dan swasta tentunya akan menjadikan negara ini dan lembaga organisasi yang memilki lembaga atau unit pendidikan didalanya tetunya akan menjadikan orang orang di dalamnya akan semakin beradap atau memiliki tatananan hidup yang baik dan buadaya serta nilai nilai yang berada dalam kehidupan mereka tentunya suatu hala yang positip dan semakin tunduk kepada Allah SWT.
            Yang perlu kita garis bahawahi adalah bagaimana mewujudkan peradaban islam lewat lembaga pendidikan sehingga terbentuk tatanan hidup yang berpolakan atas ilmu pengetahuan dan didasari dengan tau bbukan dengan ikut ikutan. Yang menjadi pembahasan kita dalam hal ini adalah dapatkan kita wujudkan peradaban islam itu melalui pendidikan, terlebih lewat pendidikan lembaga Pondok Pesantren Hidayatullah.
            Jika kita kebalai mereviu sejarah terwujudnya peradaban islam di madinah munawarrah. Tentunya bukan suatu hal yang terjadi secara tiba tiba namun adanya proses disana. Dimana adanya seorang pemimpin yang merupakan sebgai figur atau tauladan kepada masyarakatnya yaitu Rasulullah pada saat itu, namun bagaimana dengan kita saat ini ?. Memang lembaga pendidikan pada masa itu tidak sebanyak yang ada saat ini namun, pendidkan yang akan disamapaikan itu dapat tersampaikan dengan tepat dan benar walaupun juga metode yang dimilki olah Nabi tidak seperti beragam metode saat ini tetapi ilmu dan adap dapat terajarkan dengan abaik dan menar kepada masyarakatanya saat itu. Dengan melihat fenomena pada saat itu sudah menjadi jaminan maka untuk mewujudkan sebuah peradaban islam seperti yang dahulu harus melalui pendidikan yang benar dan tepat dimana indikator dari benarnya pendidikan itu dapat dilihat dari Akhlaq dan Taqwa peserta didik yang di hasilkan

Senin, 08 April 2013

CERPEN


pESANTREN PILIHAN PERTAMAKU

Hore hore aku lulus !!
            Begitulah teriakan para siswa SMP Negeri 1 tanah pinem tatkala baru selesai menerima hasil ujian kelulusan dari bangku SMP menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan bergengsi yaitu SMA. Pagitu begitu bersahabat dan cerah diamana cuacanya tidak begitu panas dan menyengat sehingga menjadikan para siswa bisa lari lari kesana sini dengan penuh kegembiraannya kerena sudah lulus dari SMP. Sebagian siswa lain juga ada yang merayakan kegembiraannya dengan bermain bola, mencorat coret bajunya sebagai bukti bahwa dirinya akan meninggalkan jenjang pendidikan smp dan tidak akan smp lagi, karen akan menempuh pendidikan yang lebih menantang dan mendewasakan dirinya.
            Dibawah pohon palam yang disampingnya terdapat kursi yang saling berhadapan sebgai tempat istirahat dan bermain para siswa, dengan hembusan angin yang spoi spoi  terlihat duduk seorang perempuan yang berkulit saumatang, yang mempunyai senyum yang manis juga merupakan siswi yang memiliki kemampuan sebagai bintang kelas,yang  kemudian meneteskan airmata dan tersendu sendu melihat secarik kertas yang di pegangnya. Melihat gadis yang cantik jelita ini, aku sedikit merasa tergerak ingin tau apa yang menjadikan gadis imut ini menangis melihat kertas hasil kelulusannya, sehingga menjadikan timbul beberapa pertanyaan dalam hatiku. Namun  tentunya aku tidak dapat menjawan pertanyaan itu dengan diri sendiri. Dengan semakin penasarannya diriku, aku pun mendatanginya dan mencoba untuk menanyakan apa yang menjadikan dirinya menagis melihat hasil ujiannya padahal dia adalah bintang kelas dan memiliki nilai yang tertinggi dari kami teman temannya.
            Dengan menggerakkan tangan kanannya, ia kemudian mengusap airmata yang mengalir diwajah imutnya. Dan mencoba untuk berbicara dengan tenang untuk memberitahuku kenapa ia menangis walaupun nilai yang begitu tinggi. “Aku menangis melihat hasil ujian ini dikarnakan aku melihat teman teman begitu gembira yang mana hasil kelulusannya bisa diperlihatkan kepada ibu tercintanya dengan penuh canda tawa yang mana tentunya juga akan disambut oleh  ibu mereka dengan senyum yang tiada tara dengan keberhasilan anak mereka. Sedangkan aku hanya bisa menyapaikan kelulusanku ini, diatas kuburan ibuku yang mana aku tidak tau apakah ia senyum melihat ini atau bahkan merasa kecewa dengan hasil yang aku miliki ini dengan menghabiskan waktuku hanya belajar supaya aku lulus semata, sedangkan aku tidak pernah lagi melaksanakan solat dan mengaji serta mendoakan ibuku. Kemudia aku setelah lulus ini pula akan melanjutkan sekolah bukan masuk ke sekolah  pesantren tahfid sebagaiman yang keinginanku karean ayahku memaksaku masuk kesekolah SMA umum saja. Dia tidak mampu nantinya untuk  membiayai sekolahku dan hidupku” begitulah cerita gadis ini dengan diikuti dengan suara tangisnya yang belum berhenti.
            Aku pun bingung terhadap apa yang menjadi kemauan sigadis ini, diiringi dengan bertanya dalam hatiku, bukahkah sekolah di umum itu enak, bebas dan bisa kemana mana, dan segala keindahan masa SMA akan kita dapatkan tatkala kita melanjutkan sekoalah di SMA-SMA umun itu terbesik pernyataan ini dalam hatiku. Dimana diri ku sangat menginginkan melanjutkan sekolah di sekolah sekolah umum sebagimana yang kuharapkan setelah lulus dari SMP ini.
            Setelah pulang dari sekulah dimana hari itu adalah hari terahirku memakai seragam SMP, aku pun langsung pergi kemasjid untuk melaksanakan solat dzuhur walaupun akau sudah kelas tiga SMP belum bisa membaca al-quran bahkan bacaan sholat pun masih banyak yang belum aku hafal namun dalam hatiku selalu ada perasaan yang mengenangkan tatkala aku selesai melalukan sholat lima waktu. Sebagai seorang yang baru meranjak remaja tentunya bisa saya sadari adalah kelemahan aku untuk melakukan solat subuh dan asar saja.
            Dengan sambil berfikir menuju pulang kerumah kost ku, dikepalu penuh dengan nama-nam sekolah sebagai pilihan yang akan aku masuki sebagai tempatku untuk melanjutkan studiku. Disamping itu aku juga merasa selalu dibayang bayangi oleh keinginan teman sekolahku yang menangis di sekolah itu. Kenapa ia sampai menangis karena tidak masuk pesantren, sedangkang dalam benakku hanyalah apabila sekolah sekolah umum yang teringat. Yang apabila aku tidak bisa masuk kesekolah yang satu  maka akan kucoba sekolah yang lain tetapi tatap sekolah SMA umum. Kalimat ini selalu tertanam dalam diri yang belum tau apa itu agama sebenarnya, apa itu al-quran dan segala keutamaannya serta keagungannya, serta bagaiman jika nasib kita tatkala tidak bisa baca alqur’an dan faham afama sebagai ilmu fardhu ‘ain kita.
            Esok paginya bertepatan pada tanggal 7 juli, aku kemudian bergegas merapikan semua pakaianku untuk pulang kekampung halaman, untuk membantu orang tua sementara waktu. Sebelum pergi melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih dan bisa dikatakan bergengsi yaitu SMA. Ditengah perjalanan aku menggunakan kenderaan Bus, dari dalam kendaraan ini aku pun menatap pepohonan lewat jendela mobil, dimana di dalam hati dan fikiranku selalu terngian kata kata temanku  seorang siswi angkatan ku beberapa hari sebelumnya.
            Selama satu setengah bulan di kampung halaman aku menjalani liburku sama seperti anak anak yang lain, yang baru saja lulus sekolah yaitu melakukan kegiatan keladang, bermain dan jalan kesana kemari bersama teman teman yang lain menikmati libur yang panjang ini. Tidak lupa juga aku dan keluargaku juga tentunya tetap membahas kesekolah mana aku akan melanjutkan sekolah ini. Sebagai anak laki laki pertama, kami sebagai suku yang memiliki budaya bahwa seorang anak laki laki itu harus sekolah setinggi tingginya karen mereka adalah sebagai penganti keberadaan dan penerus marga dari seorang ayah. Dalam benak dan pikiran saya dan  keluargaku tidak ada sedikit pun tergores sebuah nama sekolah yang bernama pesantren sebagai tempat aku untuk melanjutkann sekolah seperti sakarang ini. Karena ayah dan ibu aku sudah mengambil formulir pendaftaran kesekolah salah satu SMA di kota kabupaten Sidikalang yaitu SMA Negeri 2 Sidikalang dan sudah mencari rumah kos kosan untuk tempat aku tinggal disana nantinya.
            Setelah satu bulan lamanya aku menikmati hari hari liburku di kampung tepat pada hari kamis siang hari itu terjadi sebuah peristiwa. Peristiwa ini adalah suatu hal yang biasa terjadi bagi manusia secara fitrah dan sudah menjadi takdir yang tidak bisa dibantah. Diaman peristiwa ini adalah meninggalnya seorang ibu dari teman tetangga saya, tepat disamping kanan rumah aku. Sebagai tetangga tentunya kami semua turut simpati dan membantu kelurga itu dengan mempersiapkan segala keperluan jenajah, mulai dari bunga bunga, wangi wangian dan mempersiapkan pemandiannya. Setelah selesai dari memandikan jenajah dan mengkafaninya maka kami semua sebagai tetangganya yang terkena musiabah segera mempersiapkan diri pula untuk ikut serta mensholati jenajah itu kemasjid terdekat.
            Bebarapa menit kemudian kami pun semua sudah siap untuk melaksanakan sholat jenajah. Kami meluruskan shof dan rapat namun ada satu hal yang membuat saya kanget dan meresa sedih adalah tatkala salah seorang laki laki tua yang sudah memiliki rambut yang sedah kelihatan memutih berkata kepada jama’ah, “ayo salah seorang dari keluraga atau suami dari jenajah ini kami persilahkan untuk mengimaminya kata sang kakek. Tetapi tidak ada satu orang pun dari keluarga jenajah bahkan sang suami yang dia dampingi selama hidupnya pun tidak mampu untuk mengimami jenajahnya, sebagai bukti kasih dan citanya serta sebagai pertemuan yang terahir dengan sang istrinya. Dia pun kemudian seraya berkata kepada sang kakek tadi “sudah pak langsung saja bapak yang mengimaminya”.
            Sehabis dari mensholati jenajah ini kami pun ikut turut serta untuk mengantarkan jenajah itu kekuburan tempat terhirnya sampai selesai semua acara pemakaman dilakukan. Sepulang dari pemakaman itu entah tau mengapa dalam hatiku sedikit terangkai sebuah kalimat, yang kemudia sampai kepada bibirku yang tidak mampu untuk menahan dari mengucapkan kalimat itu yaitu “ kasihan sekali ibu itu diamana tidak ada yang bisa mendo’akannya dari anak anaknya yang dia didik hingga besar dan penuh dengan cita kasih sayang yang dia berikan semasa hidupnya, begitu juga suaminya yang tidak bisa mengimaminya disaat dia akan diantarkan ketempat terahirnya sebelum yaumul hisab”. Tapi hal kejadian ini belum sedikitpun menjadikan sekolah yang akan tempat aku melatjankan pendidikan tingkat SMA berubah nama. Samapai akhirnya beberapa hari setelah peristiwa ini aku pergi bersama ayah tercinta untuk mendaftarkan diri kesekolah SMA Negeri 2 Sidikalang Kabupate Dairi.
            Dengan penuh semangat dan gembira tentunya aku melaksanakan ujian tes masuk sekolah ini dengan percaya diri dan berusaha kekuat tenaga. Kemudian sehabis dari melakukan pedaftaran sambil menunggu hasil pengumuman murid yang akan diterima, ayah dan aku pun mencari kos kosan tempat yang cocok buat aku senagai rumah tempat tinggalku nantinya tatkala sudah masuk di SMA 2 ini. Berjarak 250 meter dari sekolah kami kemudian menemukan sebuah rumah kecil yang siap dikontrakkan untuk anak anak yang ingin mengunakannya sebagai kos kos sekolahan. Tidak begitu lama untuk membuat sebuah sepakatan dengan sang pemilik rumah, kami pun diperkenankan menggunakan rumah kecil ini untuk nantinya saya gunakan dengan biaya pertahun sebesar satu juta rupiah.
            Tanpa mengurangi samangatku dan ayah pun kemudian mengiayakan kesepakatan itu, karena ayahku yang tercinta ini sangat menginginkan saya sebagai anak laki laki pertamanya harus menjadi orang yang sukses yang mana tidak seperti dirinya kelak. Walaupu demikian sebuah pernyatan yang berada dalam benak ayahku ini, aku tetap yakin bahwa semua yang ayah lakukan itu dan keadaan keluagaku ini  adalah sebagai dasar dan motivasi buat aku untuk menggantungkan cita cita setinggi langit dan menanamkan harapan yang tidak ada putus putusnya.
            Setelah semua keinginan yang ada dalam benakku  pada hari itu sudah terjawab dengan baik,  hanya saja untuk menjalaninya aku menunggu waktu beberapa hari lagi sebagai hari awal aku masuk SMA dan menggunakan seragam putih abu abu. Sehari sebelum pulang dari kota untuk pulang  kekampung bertepatan pada hari jum’at kami pun melakukan solat jum’at dengan ayahku kemasjid raya sidikalang. Adapun dihari itu khotib jum’at itu mengankat tema kutbahnya adalah Anak Soleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya. Khutbah ini sebelum sampai  kepada inti dari isi khutbah sang khotib memberikan pengantar khutbahnya denga kemana orang tua saat ini mengantarkan anak anak mereka untuk  melanjutkan sekolah  dan apa hasil yang orang tua inginkan dari anak anak mereka itu.
            Dalam kutbah itu khotibpun membahas sangat rinci dan detail tentang seorang anak soleh dan solehan beserta contoh contoh hikmah yang disampaikan. Mendengar khutbah ini, membuat aku merasa bahwa ada yang kurang nantinya dalam diriku tatkala aku hanya sekolah di SMA saja. Yang mana hanya ada kompetisi antara para siswa dan siswi saja untuk mencari nilai setinggi tinginya tampa ada peduli kepada moral dan adab untuk mendapatkan nilai itu, baik itu mencontek dan lain sabagainya. Diperjalanan pulang keruah aku mulai berfikir dan mengingat kembali apa yang dikatan oleh seorang siswi teman aku waktu SMP dulu dengan apa yang disampaikan ustad khotib jum’at kemarin. Dimana ia ingin melanjutkan sekolahnya di pesantren tahfid itu ternyata dia ingin menjadi seorang gadis yang sholehah yang kelak akan mendoakan orang tuanya, bisa membacakan ayat ayat suci al-qur’an dengan semangat dan dapat mengajarkan al-qur’an itu serta mengajarkan agama kepada anak anaknya kelak agar dia bisa di do’akan dan di sholatkan oleh anak anaknya yang dia cintai itu ketika ia dipanggil oleh Allah.
            Sesampainya dikampung halaman aku kemudian mencari tahu apa yang menjadi keistimewaan bagi seorang yang sudah menghafalkan al-qur’an. Aku mencoba untuk ikut mengaji dengan  teman temanku dan anak anak SD dikampung setiap sore ba’da sholt Asar. Pada saat kami hendak mangaji bersama para ustad dan ustadzah, kamipun disuruh untuk berdo’a bersama sama serta menghafalkan surat surat pendek sebelum memulai pengajian. Semuanya teman teman dan anak anak yang hadir dimasjid itu membacakan do’a dan surat surat pendek dengan suara lantang dan penuh semangat.  Tapi yang terjadi pada diri adalah merasa malu dan sangat sangat malu karena aku tidak bisa mengucapkan apa aja yang teman anak anak lain ucapakan. Dimana aku hanya bisa membaca bismillah dan Alfatihah yang memang sudah melekat dalam kepalaku serta beberapa bacaan solat. Pada saat itu setelah kami semua membaca yang diperintahkan oleh ustad membaca doa bersama sama kemudian sang ustad ini menyampaikan apa keistimewaan orang orang yang hafal al-qur’an yaitu dia akan Allah jadikan sebagai keluarnga-Nya, nanti dihari kiamat al-qur’an yang dia hafal akan datang memberikan syafaat kepada penghafalnya serta Allah akan memberikan mahkota penghargaan kepada orang tua orang yang hafal al-quran tersebut.
            Sesudah menyampaikan ceramah singkat itu kemudain ustad menunjuk salah seorang anak yang masih kelas dua SD untuk menghafalkan surah addhuha. Pada saat dia menghafalkan surat itu aku mulai merasa tidak tenang dan ingin kiranya aku berteriak dengan sekuat tenaga menyampaikan bahwa aku adalah satu satunya orang yang tidak bisa membaca al-qur’an dan bahkan nama nama huruf hijaiyah pun masih banyak yang belum kuketahui walaupun aku sudah lulus dari SMP. Dengan penuh gejolak perasaan malu itu aku kemudian berpura pura izin kekamar kecil padahal aku lari pulang kerumah. Dengan kejadian ini aku sudah merasa sangat malu melihat teman temanku saat aku bertemu dengan mereka, saat bermain dengan mereka karen aku sudah besar tetapi belum bisa mengaji.
            Aku mulai mengurung diri dan jarang kelur rumah bermain dengan teman teman. Peristiwa ini pula ternyata menjadikan aku berfikir untuk melanjutkan sekolah di SMA umum berubah dan ingin kiranya aku  akan masuk pesantren dengan niat untuk belajar agama, bisa sholat dengan benar, baca al-qur’an dengan lancar dan bahkan mengahafalkannya. Walaupun aku tidak begitu faham arti dari bacaan bacaan solat yang telah aku hafalkan, aku mencoba terus melaksanakan  solat setiap magrib, isya, subuh dan dzuhur dan memohon kepada Allah dimana sekolah yang harus aku jadikan sebagai tempat aku menimba ilmu. Pada suatu malam aku bermimpi suatu kejadian yang membuatku untuk memutuskan bahwa pesantrenlah tempat aku menuntut ilmu dan belajar agama dengan benar yaitu dalam mimpi aku menmukan kedua orang tuaku terdiam dalm suatu tempat yang penuh dengan api yang membara di sekelilingnya, begitu juga binatang binatang buas yang siap menerkam mereka. Dengan merasa ketakutan aku pun memanggil manggil mereka namun mereka tidak bisa mendengar panggilanku dan kemudiar akhirnya ada mahluk yang seram yang tidak aku kenalaku pun tidak tau makhluk apa yang datang memnghampiriku dan mengejarku untuk juga diseret ketempat yang menyeramkan itu.
            Aku terus berlari sekuat tenaga agar tidak bisa didapat mahluk itu, disaat aku sudah tidak kuat lagi untuk lari dan hapir ditangkap aku teringat dalam mimpi itu membaca la-qur’an pada saat kami mengaji di masjid itu yang mana membaca surat al-ikhlas, al-falaq dan an-nas. Tanpa kusadari aku mengucapkan ayat ayat alqur’an itu dengan kesemuanya yang menjadikan makhluk itu pun terbakar sehingga menjadikan aku ternagaun dari tidurku dengan penuh dengan keringat membasahi bajuku.
            Kemudian besok paginya aku memutuskan untuk menyampaikan kepada ayah dan ibuku untuk masuk peantren sebagai pilihaku sabagai tempat aku belajar dan menimba ilmu ilmu yang dapat memberi manfaat kepada diriku, ummat dan dapat berguna bagi bangsa dan negara serta menjadikan aku semakin taat terhadap semua perintah perintah Allah dan meninggalkan segala larangan yang sudah ditetapkan-Nya dan rosul utusan-Nya.
            Dan sudah barang tentu keputusan itu mengundang respon dari kedua orangtua ku yang kelihatanya agak kecewa dan merasa kenapa setelah mndaftar SMA, dan uang yang sudah lumayan banyak habis pada ahirnya aku memilih sekolah pesantren tempat sekolahku yang terahir. Namun aku tidak berputus asa untuk selalu berdo’a dan memberikan pemahaman sedikt demi sedikit sebatas kemampuanku kepada orang tuaku akan keberadaan aku nantinya tatkala melanjutkan sekolah di pesantren. Keputusan yang aku buat ini juga menjadikan aku bingung pula karena aku tidak tahu pesantren apa yang kupilih sebagai pilahan pertama itu, yang mana kita ketahui begitu banyaknya pesantren pesantren yang sudah ada. Maka beberapa hari setelah itu keajaiban pun datang yaitu salah sorang teman dari anak kampungku itu diajak main kekampung tercintaku yang mana dia lulusan dari MAS Hidayatullah Medan, dialah yang mangajak aku untuk masuk kesekolah pesantren Hidayatullah melanjutkan sekolah dan belajar agama dengan benar hingga saat ini sampai aku menempuh kuliah di Hidayatullah Surabaya  semester 6 dan tentunya akan saya abdikan pula ilmu ilmu yang aku dapatkan dari  pesantren ini kepada ummat dan bermanfaat bagi alam semesta ini. Amii....
           

           

           

               

Senin, 01 April 2013

OPINI


Keberadaan Lembaga Hidayatullah 22 Tahun Kedepan
                                                Nama                           : J. Harianto Sholin
                                                Semeter                       : VI                                  
        Prodi                           : KI (Tarbiyah)




            Sebagai sebuah lembaga pergerakan tertunya hidayatullah hadir dihadapan kita, terhusus sebagai masyarakat hidayatullah, kepada masyarakat indonesia dalam lingkup nasional dan dihadapan masyarakat dunia secara global. Tentunya meimiliki latar belakang yang tersendiri dan keberadaannya juga mempuanya tujuan, dimana ketidak puasannya pendiri lembaga ini terhadap keputusan, kebijakan, jawaban-jawaban serta solusi terhadapa problematik ummat yang diberikan oleh lembaga-lembaga atau ormas ormas yang telah hadir dihapan masyarakat sebelumnya, walaupun semua lembaga dan ormas ormas itu meiliki cita cita yang sama yaitu untuk mewujudkan kembali islam ini pada kejayaannya dan terbentuknya peradaban islam dimasyarakat zaman modren sekarang ini serta menjadikan seluruh aspek kehidupan ini, baik pendidikan, ekonomi, politik dan sosial budaya  berlandaskan kepada hukum hukum yang telah Allah tetapkan dalam Al-qur’an dan sunnah sunnah Nabinya.
            Juga  menjalani hidup dalam kehidupan ini sesuai dengan syari’at-Nya dan tuntunan agama yang diturunkan-Nya dimana terdapat dalam al-qur’an dan perkataan, perbuatan dan tindakan Nabi-Nya. Untuk melahirkan generasi generasi penerus agama dan bangsa ini yang mempunyai akhlak karimah. “ Dan tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Muslim), manusia manusia yang bertaqwa, serta siap mengakkan kalimatullah dipermukaan bumi ini dengan perngobanan yang ihlas dan sebagai kholifah Allah untuk menjaga dan memakmurkan bumi ini.
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
            Sebelum kita memandang jauh terhadap bagaiman keberadaan lembaga hidayatullah ini 22 tahun bahkan lebih, yang akan datang tuntunya kita kembali melihat apa yang menjadi latar belakang berdirinya, apa tujuan yang ingin dicapainya, apa manhaj yang digunakan sebagai metode dalam proses perjalanan dakwahnya serta bagaiman proses berislam yang benar melalui wadah lembaga ini kemudian bagaimana bentuk pembinaan kader kader yang dimilikinya yang merupakan komponen pokok lembaga hidayatullah ini sebagai generasi penlanjut atau pengganti generasi sebelumnya untuk hidayatullah ini masih eksis atau bahkan hilang dari hadapan masyarakat, atau hanya sebatas seperti saat ini saja tanpa ada perkembangan dan kemajuan dalam jangka waktu beberapa puluh tahun kedepan.
            Untuk memahami dan memberi pandangan bagaimana keberadaan lembaga kita hidayatullah ini kedepan, baik itu 10 tahun, 20 tahun kedepan atau bagaimana wajah hidayatullah pada tahun 2015, 2025 dan sampai tahun 2035 kedepan seharusnya bagi kita untuk memahami khittoh lembaga ini mulai dari latar belakangnya samapai apa yang akan dicapai dengan target target dalam kurun waktu yang telah ditentukan bersama.
            Jikan kita melihat dari latar belakang berdirinya hidayatullah adalah dimana begitu bayaknya problematika masyarakat (ummat) pada waktu itu. Sebagaimana masyarakat sudah meninggalkan jauh agamanaya, jauh dari al-qur’an dan sunnah sunnah nabi sebagai pedoman manusia dalam menjalani hidup ini, manusia sudah tidak tau lagi apa tujuannya hidup mau kemana dia nantinya, juga tidak terlepas kemaksiatan semakin meraja lela dan bisa dikatakan manusia sudah jauh dari moral sebagai manusia semestinya alias tidak beradab dan ber-etika lagi.
            Meliahat kepada betapa buruknya (jahilnaya)  keadaan masyakat pada masa itu muncul sosok khlifah Allah yang masih bersih hatinya dan benci terhadap kemungkaran dan kebodohan yaitu pendiri hidayatullah Abdullah Said yang memiliki keinginan yang kokoh dan semangat juang yang tinggi serta pengorbanan yang tanpa terbatas dan pilih pilih untuk membentuk sebuah wadah sebagai tempat dimana masyarakatnya bisa menjalani hidup ini dengan bebas menjalankan agama Allah, menerapakan syari’at islam dikehidupan sehari hari mereka dan mewujudkan kembali peradaban islam yang sudah lenyap dari kalangan muslim dalam wadah kecil itu yaitu lembaga hidayatullah.
            Yang selanjutnya apabila kita mengkaji manhaj hidayatullah ini berupa SNW atau Sintem Nuzulnya Wahyu yang mana merupakan urutan turnnya surat Alqur’an kepada baginda Nabi yaitu dimulai dari surah Al-Alaq, Al-Qolam, Al-Muzammil, dan Al-Mudastsir serta suarah Al-Fatihah sebagai bentuk terbangunnya sebuah jama’ah atau tatanan masyarakat yang hanya menyembah Allah dan meminta tolong hanya kepada-Nya semata sebagai subtansi surah terahir dari manhaj hidayatullah tersebut.
            Sehingga tatkala kita mendalami lebih jauh subtansi dan kenapa surah itu yang diturunkan lebih dahulu denag melihat realitas masyarakat dan keadaan sosial budaya orang orang sebelum islam itu hadir maka akan terbentuklah kader kader atau penjuan penjuan islam yang berserah diri hanya kepada Allah semata.
وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِين
“ Dan saya termasuk orang yang beserah diri (kepada Allah)”
            Kelima surat ini pula yang menjadi metode yang dilakukan oleh Muhammad SAW, dalam menjalankan dakwahnya yang sudah terbukti keberhasilannya dapat mewujudkan sebuah peradaban baru dimana sudah ada peradaban peradaban yang telah ada dan sangat kuat pengaruhnya kepada tatanan kehidupan masyarakat waktu itu, beliau mampu merubah 1/3 dunia dengan waktu yang begitu singkat berkisar lebih kurang 23 tahun.
            Dalam pembinaan kader kadernya yang mana sebagai agent of changs dan penyambung estafeta dakwah lembaga ini, hidayatullah mendirikan perguruan perguruan tinggi yang mampu menjawab dan memberi sulusi permasalahan ummat dalam pendidikan, ekonomi, sosial dan polotik dan sebagai tempat mengorentasikan apa itu hidayatullah dengan seluruh aspeknya dan apa gunanya kita berada di Hidayatullah dengan tujuan akhir hidp kita. Sebgaimana dapat diketahui dalam perguruan tinggi inilah kita bisa memberikan paradigma yang benar tetang kehidupan ini, untuk apa kita hidup, kita hidup mau kemana dimana merka nantinya yang langsung terjun kemasyarakat luas yang bisa memberikan pembinaan dan perubahan terhadap ummat bagaimana mereka memandang hidup ini serta dari sana pula lembaga hidayatullah ini akan mewujudkan cita citanya terwujudnya peradaban islam itu dalam lingkup lokal, nasional dan bahkan sampai mendunia.
            Maka dapat dipastikan bahwa hidayatullah akan tetap eksis 22 tahun kedepan dan sebagai lembaga yang dapat mewujudkan kembali peradaban islam yang sudah pudar itu, sebagai tempat solusi dalam menjawab berbagai permasalahan ummat ini untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Sebagai tempat ummat ini bebas menjalankan syari’an islam ini, dimana sebagai fitrah manusia itu adalah patuh, dan berserah diri kepada Allah, serta terbetuk masyarakat yang berperadaban islam.
            Sudah barang tentu akan terwujudnya itu semua adalah karena keistiqomahan seluruh fungsional yang terdapat pada lembaga hidayatullah ini dalam menjalankan syari’at islam itu sebagai syiarnya saat ini. Dan selalu menjadikan SNW sebagai prinsip berdakwah dalam berislamnya dan al-qur’an serta sunnah sunnah nabi sebgai pedoman utama dalam menjalani kehidupannya. Sehingga tanpa adanya pergeseran orientasi, tujuan dan cita citanya serta dalam membina kader kadernya dari ketentuan ketentuan (khitthoh) yang telah digariskan dan ditetapkan bersama untuk terwujudanya perdaban isalam itu dan menjadikan indonesia ini baldatun thoibatun ghofur. Amiiin..